Sabtu, 14 April 2012

PENGANTAR



Terhitung sejak tahun 1986, waktu itu saya mahasiswa semester 4 di Fakultas Sastra UGM, ketika saya mulai ikut-ikutan menulis cerpen, tidak lebih hanya sekitar 55 cerpen yang bisa saya buat. Artinya, dalam rentang 23 tahun, rata-rata hanya sekitar 2-3 cerpen per tahun yang lahir dari tangan saya. Itu artinya, sebagai penulis cerpen, saya bukan penulis yang produktif.

Di antara sekitar 55 cerpen tersebut, sekitar 42 cerpen di antaranya sudah saya publikasikan di berbagai media massa dan sejumlah antologi (bersama). Cerpen saya di sini yang berjumlah 17, sebagian di antaranya juga sudah dipublikasikan di berbagai media dan antologi. Pada tahun 2004, saya berpikir ingin menerbitkan antologi cerpen, tetapi hingga kini niat tersebut belum terlaksana. Program Fakultas Ilmu Budaya UGM untuk menerbitkan buku (fiksi), dalam rangka World Class Research University, membuat mimpi saya yang terbengkalai itu terbuka kembali untuk sekedar ”mengadu keberuntungan”.

Dalam proses belajar membuat cerpen itu, saya merasa begitu banyak guru, kolega, dan sahabat yang menjadi guru dan teman diskusi. Saya merasa perlu mengucapkan terimakasih kepada beberapa di antaranya. Misalnya, Prof. Dr. Bakdi Soemanto, yang saya ingat persis adalah orang pertama yang mencoba mengomentari, mengapresiasi, dan mengkritik cerpen saya sekitar tahun 1987 awal di Harian Minggu Bernas. Saya mengira, dan cukup yakin, bahwa mungkin beliau sendiri sudah lupa. Tidak lupa ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. Faruk yang  juga termasuk komentaror cerpen (awal) saya di sebuah antologi, kalau tidak salah antologi tersebut berjudul Nyidam.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada beberapa senior saya seperti Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno, Emha Ainun Nadjib, Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo, Ahmadun Y. Herfanda, Arwan Tuti Artha, yang telah memberi sejumlah inspirasi.  Kepada redaktur-redaktur ”Koran Minggu” yang telah meloloskan cerpen saya yang, maaf, beberapa di antaranya saya bahkan tidak tahu siapa namanya, dan beberapa teman lain.

Ucapan terimakasih saya tujukan pula kepada Pristi Salam, SS, yang dari dulu merupakan pembaca pertama cerpen-cerpen saya. Kepada anak saya Ainina Zahra yang selalu gembira membaca cerpen saya walaupun mungkin dia belum sepenuhnya bisa menikmati. Kepada Abak saya H. Salam yang, entah kenapa, beliau selalu suka cerpen saya. Cerpen saya Keboji itu sepenuhnya terinspirasi berkat beliau.

Tak lupa, saya menyampaikan terimakasih kepada kolega-kolega dan kampus tercinta, Fakultas Ilmu Budaya UGM, yang dengan kondusif ikut memacu saya untuk terus belajar menulis.

Yogyakarta, 8 Agustus 2009


Aprinus Salam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar